Langsung ke konten utama

TUJUAN VIPASSANĀ



Alasan pangeran Siddhatta meninggalkan kehidupan rumah tangga adalah demi terbebas dari dukkha (penderitaan). Sebagai seorang pangeran yang selalu melihat dan merasakan kehidupan yang nyaman, hatinya begitu terpukul tatkala melihat bahwa setiap makhluk harus mengalami penderitaan. Semua makhluk akan mengalami ketuaan, sakit dan pada akhirnya akan mati. Beliau akhirnya mencari cara bagaimana supaya terbebas dari dukkha. Berbagai macam praktik penyiksaan diri dilakukan, namun tiada hsil. Akhirnya suatu kali dibawah pohon Bodhi, saat bulan purnama di bulan waisak beliau mencapau pembebasan dari segala dukkha. Kotoran bati telah dihancurkan, Nibbāna telah direalisasi, tiada lagi kelahiran dimasa mendatang.
            Kitab komentar yang menjelaskan adalah Bhayabherava Sutta menyebutkan bahwa pada saat petapa Gotama menghancurkan kotoran batin, beliau menggunakan Vipassanā bhavana. Oleh sebab itu, vipassana bhavana dipraktikkan demi lenyapnya kotoran batin, dmei merealisasikan Nibbāna.
            Para guru meditasi pada umumnya setuju bahwa pengembangan vipassana adalah praktik empat landasan perhatian. Hal ini karena Sang Buddha menegaskan di dalam Mahasatipatthana Sutta bahwa pengembangan Satipatthana bertujuan untuk melenyapkan penderitaan, beliau menyatakan: “wahai para bhikkhu, inilah satu jalan langsung untuk memurnikan, untuk mengatasi kesedihan dan ratap tangis, untuk melenyapkan dukkha fisik dan batin, untuk pencapaian sang jalan dan untuk perealisasian Nibbāna. Jalan ini adalah empat landasan perhatian”. Melihat pernyataan Sang Buddha ini tampak dengan jelas bahwa praktik vipassana bertujuan untuk pelenyapan kotoran bain, penghancuran penderitaan dan perealisasian Nibbāna.
Tujuan Vipassana ditegaskan kembali dalam Anguttara Nikaya dalam salah satu khotbahnya. Sang Buddha membedakan Vipassanā dengan Samatha. Sementara Samatha dipraktikkan demi melenyapkan nafsu ragawi, vipassana dikembangkan untuk pelenyapan Avijjā. Avijjā adalah ketidaktahuan terhadap empat kebenaran mulia, yaitu: Dukkha, Sebab Dukkha, Lenyapnya Dukkha dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha. Artinya salah satu fungsi dari Vipassanā adalah untuk melenyapkan kotoran batin sebagai sebab dukkha.
Seperti yang diketahui, dalam pengembangan Vipassanā seseorang diajak untuk melihat Anicca, Dukkha, dan Anatta. Tujuan melihat Anicca, Dukkha dan Anatta adalah agar batin terbebas dari ketertarikan terhadap fenomena. Hal ini penting, supaya batin terbebas dari kemelekatan dan hanya ketika terbebas dari kemelekatan, batin mencapai pembebasan. Oleh sebab itu, Sang Buddha mengatakan “Sabbe Sankāra Aniccā, Yada Paññāya Passati, Attha Nibbindati Dukkhe, Esa Maggo Visuddhiyā” artinya : “segala sesuatu yang berkondisi adalah tidak kekal. Ketika seseorang melihat dengan kebijaksanaan, maka ia muak dalam penderitaan. Ini adalah jalan kesucian. Demikianlah melihat Aniccā dengan kebijaksanaan yang mana adalah praktik vipassana akan membawa pada kesucian, lenyapnya segala kotoran batin.”  

semoga semua makhluk berbahagia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dhammapada syair 1

Manopubba ṅ gamā dhammā Manoseṭṭhā manomayā Manasā ce paduṭṭhena Bhāsatī vā karoti vā Tato naṁ dukkhanveti Cakkaṁ va vahato padaṁ Pikran adalah pelopor dari segala sesuatu; pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya. Bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya. (Dhp. Yamaka Vagga, syair 1) Arti Kata Manopubba ṅ gamā      : mano (pikiran) + pubbaṁ (dahului) + gamā (setelah pergi) Dhammā                      : yang dialami Manoseṭṭhā               : seṭṭhā (terbaik/terunggul) Manomayā                  : mayā (diciptakan) Manasā        ...