Manopubbaṅgamā dhammā
Manoseṭṭhā manomayā
Manasā ce paduṭṭhena
Bhāsatī vā karoti vā
Tato naṁ dukkhanveti
Cakkaṁ va vahato padaṁ
Pikran
adalah pelopor dari segala sesuatu; pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah
pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka
penderitaan akan mengikutinya. Bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki
lembu yang menariknya. (Dhp. Yamaka
Vagga, syair 1)
Arti Kata
Manopubbaṅgamā : mano
(pikiran) + pubbaṁ (dahului) + gamā (setelah pergi)
Dhammā : yang
dialami
Manoseṭṭhā : seṭṭhā (terbaik/terunggul)
Manomayā : mayā
(diciptakan)
Manasā :
dengan/oleh pikiran
ce : jika
paduṭṭhena :
dengan/oleh (buruk,rusak)
Bhāsatī :
berbicara, berkata
vā : atau
karoti : (ia)
berbuat, bertindak
Tato : maka,
akibatnya, karena itu, karenanya, daripada itu
naṁ : ia, nya
dukkhaṁ :
penderitaan
anveti : (ia) mengikuti
Cakkaṁ : roda
va : laksana,
bagaikan
vahato : membawa,
menghela
padaṁ : kaki,
jejak, keadaan
Kisah latar
Suatu hari,
Bhikkhu Cakkhupāla berkunjung ke Vihāra jetavana untuk melakukan penghoormatan
kepada Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan, tanpa sengaja ia
menginjak banyak serangga. Keesokan harinya, serombongan bhikkhu bermaksud
mengunjunginya. Nmaun di dekat tempat Bhikkhu Cakkhupāla menginap, mereka
melihat banyak serangga mati.
Para
bhikkhu itu ramai-ramai mengadukan hal ini kepada Buddha. Namun Buddha
menyatakan bahwa Bhikkhu Cakkkhupāla tidak melihat serangga-serangga itu karena
matanya buta. Selain itu, Bhikkhu Cakkhupāla juga telah mencapai kesucian
Arahatta, sehingga tidak mungkin ia sengaja membunuh serangga-serangga itu.
Buddha
kemudian menuturkan bahwa pada kehidupan yang lampau, Bhikkhu Cakkhupāla pernah
menjadi tabib. Salah satu pasiennya, seorang wanita, berhasil ia sembuhkan
penyakit matanya. Si wanita membohongi sang tabib karena hendak berkelit dari
janji yang telah dibuatnya kepada sang tabib jika ia berhasil menyembuhkan
sakit matanya. Karena marah, sang tabib akhirnya memberikan obat lagi yang
akhirnya membutakan mata wanita itu.
Referensi :
Widjaja,
Hendra. 2013. Dhammapada Syair Kebenaran. Jakarta: Ehipassiko Foundation
Komentar
Posting Komentar