Langsung ke konten utama

POSTUR MEDITASI DAN CARA MELATIHNYA




Berjalan, duduk, berbaring, dan berdiri ini adalah postur meditasi dalam Vipassanā. Dalam Mahasatipatana Sutta objek yang digunakan adalah semua aktivitas. Pada saat mengenakan jubbah ketika membawa patta juga harus diperhatikan dengan penuh perhatian.
Pada saat makan, menelan, dan minum. Pada saat buang air besar dan buang air kecil. Pada saat 6 landasan indra berfungsi da nada perhatian. Ini merupakan bagian dari Vipassanā yang memungkinkan untuk dilakukan, karena kotoran batin dapat munul setiap saat. Jadi, perhatian perlu diarahkan atau difokuskan pada masa sekarang bukan pada masa lampau atau yang akan datang.
Apapun bisa menjadi objek tetapi harus disadari. Beberapa postur dalam bermeditasi adalah sebagai berikut:
1.    Bermeditasi duduk
Ketika sedang bermeditasi ada 2 objek yang diperhatikan. Objek primer adalah yang paling dominan yakni jasmani (objek yang paling kasar). Pada saat meditasi yang paling kasar adalah nafas.
-          Primary Object è Nafas. Merupakan objek yang perlu diperhatikan dengan sebaik mungkin.
-          Secondary Object è Semua selain nafas.
Pada saat batin keluar dari objek. Batin kita sudah dikuasai oleh kotoran batin. Jadi, ketika tahu itu maka kembali ke nafas. Dalam Vitakkasanthāna Sutta terdapat 5 hal yang harus diperhatikan dalam meditasi. Ketika muncul pikiran yang tidak baik yang berkaitan dengan canda atau lobha. Oleh karena itu dapat mengganti objek dengan objek yang lain. Jadi, apabila muncul kotoran batin diganti dengan objek nafas. Ketika mengantuk bisa menggunakan objek viriya (semangat), atau bisa juga dengan merenungkan bahaya dari kotoran batin. Kayā, vedana, citta  tidak dapat dipisahkan tapi lebih dominan yang muncul.

Kita bisa mengetahui perasaan bernafas karena ada vedāna.  Ketika kita memejamkan mata lalu meihat gambar hidung (sañña), ketika mengetahui panas dan dinginnya nafas ini merupakan sankhara.  Keinginan mendorong manusia untuk terus berputar pada roda kehidupan. Jadi ketika kita melihat kedalam, ketika interview dengan guru meditasi yang penting adalah mengungkapkan masalah yang muncul bukan hasil yang baik. Ketika pengalaman yang baik diungkapkan maka itu adalah EGO, karena ingin menonjolkan diri.

Dengan cara cuek, mengabaikan, tapi kotoran batin tetap muncul maka dapat dilakukan adalah dengan:
·         Melihat langsung sumber, mengapa ada kotoran batin yangmuncul ?
·         Menekan kuat-kuat dengan lidah, langit-langit mulut
·         Menggertakkan gigi
·         Menekan kotoran baitn dengan batin itu sendiri.
·         Menekan pikiran dengan pikiran.

2.    Meditasi berjalan
Seperti halnya meditasi duduk, kita memerlukan objek. Objek disini adalah objek primer. Objek primer (sentuhan dari telapak kaki) yaitu rasa di sentuhan kaki, rasa ringan, berat, panas, dingin. Objek sekkunder adalah apapun objek yang tidak berkenaan dengan objek primer adalah objek sekunder. Jika ada objek lain yangmuncul itu bisa menjadi objek, namun semaksimal mungkin kita mempertahankan objek sentuhan. Ketika objek lain muncul secara terus – menerus maka dapat berhenti.

Standar meditasi adalah jalan santai atau biasa. Berjalan dapat disesuaikan dengan kondisi atau situasi, karena adakalanya ketika sedang berjalan dan hujan datang tidak mungkin seseorang akan berjalan pelan. Jadi, mengapa harus berjalan lambat, sedang, atau pun cepat itu harus mengetahui tujuannya. Jadi jangan pura-pura, terpaksa atau malu. Ini harus dilepaskan sebelum berjalan bisa melihat atau mengetahui atau merenungkan Anicca, Dukkha, dan Anatta, sebelum berjalan. Maka dibutuhkan Sati dan Sampajañña.

Ketika mengubah posisi atau membalikkan badan, maka penting sekali untuk memperhatikan kondisi dengan cara mencatat, agar kotoran batin yang muncul tidak muncul. Dalam Nanda Sutta dikatakan bahwa Nanda adalah orang yang kuat, memiliki nafsu yang kuat, pria yang tampan, namun Ia sudah dapat mengatasi ke 6 inderanya.

3.    Meditasi berdiri
Meditasi berdiri adalah melenyapkan kotoran batin, berdiri dengan rileks, mengamati udara sekeliling, namun yang lebih jelas adalah mengamati bahwa tubuh sedang berdiri. Atapi sampajano vineyya loke abhijjadomanasa,  ketika perasaan tidak menyenangkan munculkan batin yang seimbang yaitu mengetahui dengan bijaksana.

4.    Meditasi berbaring
Berbaring dengan senyaman mungkin, tidak harus seperti Sang Buddha ketika akan meditasi. Beliau ber aditthana bahwa “saya akan tidur dengan tanpa mimpi dan bangun langsung bangun”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dhammapada syair 1

Manopubba ṅ gamā dhammā Manoseṭṭhā manomayā Manasā ce paduṭṭhena Bhāsatī vā karoti vā Tato naṁ dukkhanveti Cakkaṁ va vahato padaṁ Pikran adalah pelopor dari segala sesuatu; pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya. Bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya. (Dhp. Yamaka Vagga, syair 1) Arti Kata Manopubba ṅ gamā      : mano (pikiran) + pubbaṁ (dahului) + gamā (setelah pergi) Dhammā                      : yang dialami Manoseṭṭhā               : seṭṭhā (terbaik/terunggul) Manomayā                  : mayā (diciptakan) Manasā        ...

TUJUAN VIPASSANĀ

Alasan pangeran Siddhatta meninggalkan kehidupan rumah tangga adalah demi terbebas dari dukkha (penderitaan). Sebagai seorang pangeran yang selalu melihat dan merasakan kehidupan yang nyaman, hatinya begitu terpukul tatkala melihat bahwa setiap makhluk harus mengalami penderitaan. Semua makhluk akan mengalami ketuaan, sakit dan pada akhirnya akan mati. Beliau akhirnya mencari cara bagaimana supaya terbebas dari dukkha. Berbagai macam praktik penyiksaan diri dilakukan, namun tiada hsil. Akhirnya suatu kali dibawah pohon Bodhi, saat bulan purnama di bulan waisak beliau mencapau pembebasan dari segala dukkha. Kotoran bati telah dihancurkan, Nibbāna telah direalisasi, tiada lagi kelahiran dimasa mendatang.             Kitab komentar yang menjelaskan adalah Bhayabherava Sutta menyebutkan bahwa pada saat petapa Gotama menghancurkan kotoran batin, beliau menggunakan Vipassanā bhavana. Oleh sebab itu, vipassana bhavana dipraktikkan...